Jumat, 27 Maret 2015

HADITH TENTANG AL-MAHDI

HADITH TENTANG AL-MAHDI
A.      Hadith Tentang Al-Mahdi
1.         Hadith Pertama dalam Sunan Abî Dawud  karya Abu Dawud
حدَّثنا سهلُ بنُ تمام بنِ بَزِيع، حدَّثنا عِمرانُ القطَانُ، عن قتادةَ، عن أبي نَضرَةَ عن أبي سعيدٍ الخدريِّ، قال: قال رسولُ الله - صلَّى الله عليه وسلم -: المهديُّ منِّي أجْلَى الجَبهَةِ، أَقنَى الأنفِ، يملأُ الأرضَ قِسطْاً وعَدلاً، كما مُلِئَت جَوْراً وظُلماً، يملِكُ سبعَ سنين[1]
Terjemah : “Telah bercerita kepada kami Sahal bin Tamâm bin Bazî’, telah bercerita kepada kami ‘Imrân al-Qaṭân, dari Qatadah, dari Abu Naḍrah, dari Abi Sa’îd al-Khudrî berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda : Al-Mahdi adalah dari keturunanku, berdahi lebar dan berhidung mancung, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan dia berkuasa selama tujuh tahun lamanya.”

2.         Hadith Kedua dalam al-Mustadrak karya al-Ḥâkim
 - 8670حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الصَّغَانِيُّ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ الْكِلَابِيُّ، ثَنَا عِمْرَانُ الْقَطَّانُ، ثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْمَهْدِيُّ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ أَشَمُّ الْأَنْفِ أَقْنَى أَجْلَى، يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا، يَعِيشُ هَكَذَا» وَبَسَطَ يَسَارَهُ وَإِصْبَعَيْنِ مِنْ يَمِينِهِ الْمُسَبِّحَةَ، وَالْإِبْهَامَ وَعَقَدَ ثَلَاثَةً «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، وَلَمْ يُخْرِجَاهُ»[2]
Terjemah : “Telah bercerita kepada kami Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb, telah bercerita kepada kami Muḥammad bin Isḥâq al-Ṣaghanî, telah bercerita kepada kami ‘Amr bin ‘Âṣim al-Kilâbî, telah bercerita kepada kami ‘Imrân al-Qaṭân, telah bercerita kepada kami Qatadah, dari Abu Naḍrah, dari Abi Sa’îd al-Khudrî berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda : Al-Mahdi adalah dari keturunan kita ahlul bait, tinggi hidungnya, mancung, lebar (dahinya). Dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman, dia tinggal selama ini (sambil membentangkan jari-jari kirinya dan dua jari kanannya dengan mengulanginya tiga kali). Ini adalah Hadith Ṣaḥîḥ menurut syarat Muslim, tetapi hadith ini tidak dikeluarkan.
B.       Jarḥ wa Ta’dîl
Hadith Pertama
1.         Sahal bin Tamâm
Nama lengkap beliau adalah Sahal bin Tamâm bin Bazî’ al-Ṭufawî al-Sa’idî Abû ‘Amr al-Naṣirî. Dia meriwayatkan hadith dari bapaknya, bapaknya Hashîm ‘Ammâr bin ‘Umârah al-Za’farânî, ‘Imrân al-Qaṭân, ‘Umar bin Salîm al-Bâhilî, Ṣâliḥ bin Abî al-Jawzâ’, Abî al-Ashhâb, Yazîd bin Ibrahîm al-Tastarî, dan lainnya.[3] Beberapa orang yang meriwayatkan hadith dari Sahal bin Tamâm adalah Abu Dawud, Abu Ḥâtim, Abu Zar’ah, Abu Qilâbah al-Raqâshî, ‘Uthmân bin Kharzâdhi al-Anṭâkî, Ibrâhîm bin Abi Dawud al-Barlasî, Muḥammad bin Muḥammad al-Tamâr al-Baṣrî, dan lainnya. Abi Zar’ah memberi komentar tentang Sahal bin Tamâm dengan Lam Yakun Bikadhâb, Abu Ḥâtim memberi komentar Shaykh, dan Ibnu Ḥibbân memberi komentar Thiqat.[4] Sahal bin Tamâm wafat pada tahun 220 H lebih.[5]
2.         ‘Imrân al-Qaṭân
‘Imrân al-Qaṭân dulu dikenal dengan nama ‘Umair dan ‘Amîrah. Nama lengkap beliau adalah ‘Umair bin Isḥâq al-Qurashî. Dia meriwayatkan hadith dari Ḥasan bin ‘Ali bin Abi Ṭâlib, Sa’îd bin al-‘Âṣ al-Umawî, ‘Abdullah bin ‘Abdillah bin Umayyah, ‘Amr bin al-‘Âṣ, Marwân bin al-Ḥakam, Miqdâd bin al-Aswâd, Abi Hurairah. Orang yang meriwayatkan hadith dari ‘Imrân al-Qaṭân adalah ‘Abdullah bin ‘Awan. [6]‘Uthmân bin Sa’id al-Dârimî memberi komentar tentang ‘Imrân al-Qaṭân dengan Thiqat, al-Nasaî memberi komentar  Laysa bihi Ba’s, dan Ibnu Ḥibbân memberi komentar Thiqat.[7]‘Imrân al-Qaṭân wafat pada tahun 160 H.[8]
3.         Abu Qatadah
Nama lengkap Abu Qatadah adalah Qatadah bin Du’âmah bin Qatadah bin ‘Azîz bin ‘Amr bin Rabî’ah bin ‘Amr bin al-Ḥârith bin Sudûs bin Shaybân bin Dhuhal bin Tha’labah bin’Akâbah bin Ṣa’ab bin Ali bin Bakr bin Wâil bin Qâsiṭ bin Hanab bin Afṣa bin Jadîlah bin Asad bin Rabî’ah bin Nazâr bin Mi’ad bin’Adnân. Beberapa orang yang meriwayatkan hadith dari Abu Qatadah adalah al-Taymî, Mi’sar, Sha’bah, Ibnu Abi ‘Arûbah, al-Dastuwânî, ‘Amr bin al-Ḥârith, Abu ‘Awanah. Abu Qatadah wafat pada tahun 117 H.[9] Dia dinilai Thiqat, dan hadith-hadithnya ada dalam Kutub al-Sittah.[10]
4.         Abu Naḍrah
Nama lengkap Abu Naḍrah adalah al-Mundhir bin Mâlik bin Qaṭ’ah. Dia meriwayatkan hadith dari Asîr bin Jâbir, Anas bin Mâlik, Jâbir bin ‘Abdillah, Sa’ad bin al-Aṭwâl, Samrah bin Jandab, Samîr bin Nahâr, Ṣuhayb Abi al-Ṣuhabâ, budak Ibnu ‘Abbâs, ‘Âmir bin ‘Abdillah, ‘Abdullah bin Zubayr, ‘Abdullah bin’ Abbâs, ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khattâb, ‘Abdullah bin Mawlah, ‘Ali bin Abi Ṭâlib, ‘Imrân bin Ḥuṣayn, Qays bin ‘Abâd, Maṭraf bin ‘Abdillah bin al-Shakhîr, Abi Dhar al-Ghifarî, Abi Sa’îd al-Khudrî, Abi Sa’îd budak abi Asîd, Abi Farâs al-Nahdî, Abi Musa al-Ash’arî, Abi Hurairah, dan al-Ṭufawi.[11]
Beberapa orang yang meriwayatkan hadith darinya adalah Iyâs bin Daghfal, Ja’far bin Abi Waḥshiyah, Ḥamîd al-Ṭuwail, Khalîd bin Ja’far, Qatadah bin Du’âmah, dan lainnya.[12] Abû Zur’ah, al-Nasa’i, Ibnu Ḥibbân dan Muḥammad bin Sa’ad memberi komentar tentang Abu Naḍrah dengan Thiqat. Dia wafat pada tahun 108 H. [13]
5.         Abi Sa’îd al-Khudrî
Nama lengkap beliau adalah Sa’ad bin Mâlik Abu Sa’îd al- Khudrî.[14] Ada pula yang mengatakan bahwa nama lengkap beliau adalah Sa’ad bin Mâlik bin Sinân Abu Sa’îd al- Khudrî al-Anṣarî al-Madanî, dia banyak mendengar hadith Nabi. Beberapa orang yang meriwayatkan hadith darinya adalah Ibnu ‘Umar, Jâbir bin ‘Abdillah, Abu Salamah, Abu Ṣâliḥ, ‘Ubaidillah bin ‘Abdillahbin ‘Atabah, Ḥamîd bin ‘Abdirraḥman, ‘Aṭâ’ bin Yasâr, dan lainnya. Dia wafat pada tahun 74 H.[15]
Hadith Kedua
1.      Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb
Nama lengkap beliau adalah Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb bin ‘Abd al-Wahhâb bin Yaḥya bin ‘Ibâd bin ‘Abdillah bin al-Zubayr bin al-‘Awwâm al-Asadî al-Zubayrî Abu ‘Umar al-Madanî. Dia meriwayatkan hadith dari ‘Umar bin ‘Abdillah bin Nâfi’ al-Zubayrî, Ibnu Wahab, Muḥammad bin Falîḥ bin Sulaymân, Ibnu ‘Uyaynah, Abi Ḍamrah, dan lainnya.[16] Abu Ḥâtim dan al-Nasâi memberi komentar tentang Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb dengan Lâ Ba`sa Bihi dan Ibnu Ḥibbân memberi komentar Thiqat. Dia wafat pada tahun 245 H.[17]
2.      Muḥammad bin Isḥâq al-Ṣaghanî
Nama lengkap beliau adalah Muḥammad bin Isḥâq bin Ja’far, ada pula yang mengatakan Muḥammad bin Isḥâq bin Muḥammad, atau Abu Bakr al-Ṣaghanî. Dia meriwayatkan hadith dari Ibrâhîm bin Muḥammad bin ‘Ar’arah, Aḥmad bin Isḥâq al-Ḥaḍrami, Abi al-Jawâb al-Aḥwâṣ bin Jawâb, Aswad bin ‘Âmir Shâdhan, Ja’far bin ‘Awan, Ḥasân ibn ‘Abdillah al-Kindî, al-Ḥasan bin Musa al-Ashyab, Abi al-Yaman al-Ḥakam bin Nâfi’, Ḥamâd bin Mâlik al-Ḥarastânî, Rûḥ bin ‘Ubâdah, Sarîj bin al-Nu’mân, Abi Zayd Sa’îd bin al-Rabî’ al-Harwî, Sa’id bin ‘Âmir al-Ḍab’î, dan lainnya.[18]  
Beberapa orang yang meriwayatkan hadith darinya adalah Abu al-Ḥusayn Aḥmad bin Ja’far ibn al-Munâdî, Aḥmad bin Rûḥ al-Bardîjî al-Ḥâfiḍ, Abu Sa’îd Aḥmad bin Ziyâd ibn al-A’râbî, Ismâ’îl Muḥammad al-Ṣaffâr, Ja’far ibn Muḥammad al-Faryâbî, al-Husayn bin Ismâ’îl al-Maḥâmîlî, dan lainnya.[19]
Ibn Ḥâtim memberi komentar tentang Muḥammad bin Isḥâq al-Ṣaghanî dengan Ṣadûq, al-Nasa`i memberi komentar Lâ Ba`sa Bihi, Ibnu Kharâsh, al-Dâruquṭnî, dan Ibn Ḥibbân memberi komentar Thiqat.[20] Dan dia wafat pada tahun 270 H.
3.      ‘Amr bin ‘Âṣim al-Kilâbî
Nama lengkap beliau adalah ‘Amr bin ‘Âṣim bin ‘Ubaidillah bin al-Wâzi’ al-Kilâbî al-Qaysî, atau Abu Uthmân al-Baṣrî. Dia meriwayatkan hadith dari Isḥâq bin Yaḥya bin Ṭalḥah bin ‘Ubaidillah, Jarîr bin Ḥâzim, Ḥibbân bin Yasâr, Ḥarb bin Sarîj, Hammâd bin Salamah, Ḥamîd bin al-Ḥakam, Sulaymân bin al-Mughîrah, Sha’bah bin al-Ḥajâj, Shakhr bin Juwairiyah, ‘Imrân al-Qaṭân, dan lainnya.[21]
Beberapa orang yang meriwayatkan hadith darinya adalah al-Bukhâri, Ibrâhîm bin al-Mustamir al-‘Arûqî, Ibrâhîm bin al-Maktûm al-Baṣrî, Ibrâhîm bin Ya’qûb al-Jûzajânî, Aḥmad bin Isḥâq al-Sarmârî, Aḥmad bin Ḥasan al-Kharâsh, dan lainnya.[22]
Yaḥya bin Ma’în memberi komentar tentang ‘Amr bin ‘Âṣim al-Kilâbî dengan Ṣâliḥ, Muḥammad bin Sa’îd dan Ibn Ḥibbân mengatakan Thiqat, dan al-Nasa`i mengatakan Laysa bihi Ba`s. Dia wafat pada tahun 213 H.[23]
4.      ‘Imrân al-Qaṭân
Seperti penjelasan pada hadith pertama.
5.      Qatadah
Seperti penjelasan pada hadith pertama.
6.      Abu Naḍrah
Seperti penjelasan pada hadith pertama.
7.      Abi Sa’îd al-Khudrî
Seperti penjelasan pada hadith pertama.
C.      Pohon Sanad
Rasulullah (Wafat 22 H)
                                                                             Selisih 52 tahun
Sa’îd bin Mâlik Abi Sa’îd al-Khudrî
(Wafat 74 H)
                                                                             Selisih 34 tahun
Mundhir bin Mâlik bin Qaṭ’ah Abi Naḍrah
(Wafat 108 H)
                                                                             Selisih 9 tahun
Abu Qatadah bin Du’āmah
(Wafat 117 H)
                                                                             Selisih 43 tahun
Imrân al-Qaṭân (‘Umair bin Ishâq)
(Wafat 160 H)
      Selisih 53 tahun                                         Selisih 60 tahun
‘Amr bin ‘Âṣim al-Kilâbî                                            Sahal bin Tamâm bin Bazî’
(Wafat 213 H)                                                             (Wafat 220 H)
                    Selisih 57 tahun                                                        Selisih  55 tahun
Muḥammad bin Isḥâq al-Ṣaghanî                               Abu Dawud
(Wafat 270 H)                                                             (Wafat 275 H)
                Selisih 25 tahun
Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb
(Wafat 245 H)
                Selisih 160 tahun
Al-Ḥâkim
(Wafat 405 H)
D.      Kualitas Hadith
1.         Kualitas Matan
Hadith 1 dan 2 tidak bertentangan, inti sama (nilai 4).
2.         Kualitas Sanad
Hadith di atas dikategorikan sebagai hadith Aḥâd Gharîb karena hadith tersebut diriwayatkan melalui 1 jalur yakni Sa’îd bin Mâlik Abi Sa’îd al-Khudrî yang berangsur hingga Imrân al-Qaṭân (nilai 1).
3.         Pohon Sanad
a.       Hadith 1 bersambung (nilai 4).
b.      Hadith 2 terputus satu di rawi awal/guru mukharrij (nilai 3).
4.         Penyandaran
Penyandaran hadith 1 dan 2 sampai pada Rasulullah SAW (Rasulullah bersabda) = Marfu’ (nilai 4).
5.         Kualitas Periwayat
a.       Hadith pertama
-          Rawi pertama (Sahal bin Tamâm bin Bazî’), beberapa pendapat mengenai kualitas perawi ini antara lain Lam Yakun Bikadhâb (nilai 3), Shaykh (nilai 3) dan Thiqat (nilai 4). Maka nilai dari rawi pertama adalah (3 + 3 + 4) / 3 = 3.33
-          Rawi kedua (Imrân al-Qaṭân), beberapa pendapat mengenai kualitas perawi ini antara lain Thiqat (nilai 4), Laysa bihi Ba’s (nilai 3), dan Thiqat (nilai 4). Maka nilai dari rawi kedua ini adalah (4 + 3 + 4) / 3 = 3.6
-          Rawi ketiga (Abu Qatadah bin Du’āmah) dinilai Thiqat, maka nilainya adalah 4
-          Rawi keempat (Mundhir bin Mâlik bin Qaṭ’ah Abi Naḍrah) dinilai Thiqat, maka nilainya adalah 4.
-          Rawi kelima (Sa’îd bin Mâlik Abi Sa’îd al-Khudrî), karena ia adalah sahabat maka bisa dipastikan ia Thiqat. Maka nilai dari rawi ini adalah 4.
Maka rata-rata dari kualitas periwayat hadith pertama ini adalah (3.33 + 3.6 + 4 + 4 + 4) / 5 = 3.786
b.      Hadith kedua
-          Rawi pertama (Abu al-‘Abbâs Muḥammad bin Ya’qûb), beberapa pendapat mengenai kualitas perawi ini antara lain Lâ Ba`sa Bih (nilai 3) dan Thiqat (nilai 4). Maka nilai dari rawi pertama adalah (3 + 4) / 2 = 3.5
-          Rawi kedua (Muḥammad bin Isḥâq al-Ṣaghanî), beberapa pendapat mengenai kualitas perawi ini antara lain Ṣadûq (nilai 3), Lâ Ba`sa Bihi (nilai 3), dan Thiqat (nilai 4). Maka nilai dari rawi kedua adalah (3 + 3 + 4) / 3 = 3.33
-          Rawi ketiga (‘Amr bin ‘Âṣim al-Kilâbî), beberapa pendapat mengenai kualitas perawi ini antara lain Ṣâliḥ (nilai 2), Thiqat (nilai 4), dan Laysa bihi Ba`s  (nilai 3). Maka nilai dari rawi kedua adalah (2 + 4 + 3) / 3 = 3
-          Rawi keempat (Imrân al-Qaṭân) seperti di atas dengan nilai 3.6
-          Rawi kelima (Abu Qatadah bin Du’āmah) seperti di atas dengan nilai 4
-          Rawi keenam (Mundhir bin Mâlik bin Qaṭ’ah Abi Naḍrah) seperti di atas dengan nilai 4
-          Rawi ketujuh (Sa’îd bin Mâlik Abi Sa’îd al-Khudrî) seperti di atas dengan nilai 4.
Maka rata-rata dari kualitas periwayat hadith kedua ini adalah (3.5 + 3.33 + 3 + 3.6 + 4 + 4 + 4) / 7 = 3.632
6.         Kualitas hadith perhadith
a.       Hadith pertama
-          Kualitas matan = 4
-          Kualitas sanad = 1
-          Pohon sanad = 4
-          Penyandaran = 4
-          Kualitas perawi = 3.786
Maka kualitas hadith keseluruhan adalah (4 + 1 + 4 + 4 + 3.786) / 5 = 3.3572 (Hasan-Shahih).[24]
b.      Hadith kedua
-          Kualitas matan = 4
-          Kualitas sanad = 1
-          Pohon sanad = 3
-          Penyandaran = 4
-          Kualitas perawi = 3.62
Maka kualitas hadith keseluruhan adalah (4 + 1 + 3 + 4 + 3.632) / 5 = 3.126 (Hasan).



DAFTAR PUSTAKA
‘Amr, Abu Dawud Sulayman bin al-asy’ath bin Ishaq bin Basyîr bin Syadâd bin, Sunan Abî Dawud, ed. Syu’aib al-Arnaûth dan Muḥammad Kâmîl Qurroh Bilalî, (Dâr al-Risâlah al-‘Alamiyyah, 1430 H/2009 M), vol. 6, cet. I.

Asqalanî, Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Hindi­ : Dâirah al-Ma’ârif al-Nizhâmiyah, 1326 H), vol. 12, cet. I.

Asqalanî, Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Hindi­ : Dâirah al-Ma’ârif al-Nizhâmiyah, 1326 H), vol. 4, cet. I.

Asqalanî, Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Hindi­ : Dâirah al-Ma’ârif al-Nizhâmiyah, 1326 H), vol. 9, cet. I.

Badar, ‘Abdul Muḥsin bin Ḥammad bin ‘Abdul Muḥsin bin ‘Abdullah bin Ḥammad al-‘Ibād al, Sharḥ Sunan Abi Dawud, tt, vol. 16.

Bai’i, Abu Abdillah al-Ḥâkim Muḥammad bin Abdillah bin Muḥammad bin Ḥamduwiyah bin Nu’aym bin al-Ḥâkim al-Ḍabî al-Ṭahmanî al-Naysaburî al-Ma’rûf bi Ibn al, al-Mustadrak ‘Ala al-Ṣaḥîḥaini, ed. Muṣṭafa ‘Abd al-Qâdir ‘Aṭâ, (Beyrût : Dâr al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1441 H), vol. 4, cet. I.

Bukhârî, Aḥmad bin Muḥammad al-Ḥusayn bin al-Ḥasan dan Abû Nasr al, al-Hidâyah wa al-Irsyâd fî Ma’rifati Ahli Thiqat wa al-Sadâd, ed. Abdullah al-Laisyî, (Beyrût : Dâr al-Ma’rifah, 1407 H), vol. 1, cet. 1.

Bukhârî, Aḥmad bin Muḥammad al-Ḥusayn bin al-Ḥasan dan Abû Nasr al, al-Hidâyah wa al-Irsyâd fî Ma’rifati Ahli Thiqat wa Al-Sadâd, ed. Abdullah al-Laisyî, (Beyrût : Dâr al-Ma’rifah, 1407 H), vol. 2, cet. 1.

Dhahabî, Shamsuddîn Abu ‘Abdillah Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uthmân bin Qaymâz al, Sîru A’lâm al-Nablâ’, (al-Qâhirah : Dâr al-Hadîth, 1427 H), vol. 8.

Dhahabî, Shamsuddîn Abu ‘Abdillah Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uthmân bin Qaymâz al, Sîru A’lâm al-Nablâ’, (al-Qâhirah : Dâr al-Hadîth, 1427 H), vol. 6.

Jawzy, Abdurraḥman bin ‘Alî al, al-‘Ilal al-Mutanâhiyah fî al-Aḥâdîth al-Wâhiyah, ed. Kholîl al-Mays, (Beyrût : Dâr al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1403 H), vol. 2, cet. I.

Mazî, Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, ed. Basyâr ‘Awâd Ma’rûf, (Beyrût : Muassasah al-Risâlah, 742 H), vol. 22, cet. I.

Mazî, Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, ed. Basyâr ‘Awâd Ma’rûf, (Beyrût : Muassasah al-Risâlah, 742 H), vol. 28, cet. I.

Mazî, Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, ed. Basyâr ‘Awâd Ma’rûf, (Beyrût : Muassasah al-Risâlah, 742 H), vol. 24, cet. I.




[1] Abu Dawud Sulayman bin al-asy’ath bin Ishaq bin Basyîr bin Syadâd bin ‘Amr, Sunan Abî Dawud, ed. Syu’aib al-Arnaûth dan Muḥammad Kâmîl Qurroh Bilalî, (Dâr al-Risâlah al-‘Alamiyyah, 1430 H/2009 M), vol. 6, cet. I,  hlm. 342.
[2] Abu Abdillah al-Ḥâkim Muḥammad bin Abdillah bin Muḥammad bin Ḥamduwiyah bin Nu’aym bin al-Ḥâkim al-Ḍabî al-Ṭahmanî al-Naysaburî al-Ma’rûf bi Ibn al-Bai’i, al-Mustadrak ‘Ala al-Ṣaḥîḥaini, ed. Muṣṭafa ‘Abd al-Qâdir ‘Aṭâ, (Beyrût : Dâr al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1441 H), vol. 4, cet. I, hlm. 600.
[3] Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al-Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Hindi­ : Dâirah al-Ma’ârif al-Nizhâmiyah, 1326 H), vol. 4, cet. I, hlm. 247-248.
[4] Ibid., hlm. 248.
[5] Shamsuddîn Abu ‘Abdillah Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uthmân bin Qaymâz al-Dhahabî, Sîru A’lâm al-Nablâ’, (al-Qâhirah : Dâr al-Hadîth, 1427 H), vol. 8, hlm. 460.
[6] Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al-Mazî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, ed. Basyâr ‘Awâd Ma’rûf, (Beyrût : Muassasah al-Risâlah, 742 H), vol. 22, cet. I, hlm. 368-369.
[7] Ibid., hlm. 370.
[8] Shamsuddîn Abu ‘Abdillah Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uthmân bin Qaymâz al-Dhahabî, Sîru A’lâm al-Nablâ’, op. cit., vol. 6, hlm. 652.
[9] Aḥmad bin Muḥammad al-Ḥusayn bin al-Ḥasan dan Abû Nasr al-Bukhârî, al-Hidâyah wa al-Irsyâd fî Ma’rifati Ahli Thiqat wa Al-Sadâd, ed. Abdullah al-Laisyî, (Beyrût : Dâr al-Ma’rifah, 1407 H), vol. 2, cet. 1, hlm. 619-620.
[10] ‘Abdul Muḥsin bin Ḥammad bin ‘Abdul Muḥsin bin ‘Abdullah bin Ḥammad al-‘Ibād al-Badar, Sharḥ Sunan Abi Dawud, vol. 16, hlm. 481.
[11] Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al-Mazî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, op. cit., vol. 28, hlm. 508-509.
[12] Ibid., hlm. 509.
[13] Ibid., hlm. 510.
[14] Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al-Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, op. cit., vol. 12, hlm. 368-369.
[15] Aḥmad bin Muḥammad al-Ḥusayn bin al-Ḥasan dan Abû Nasr al-Bukhârî, al-Hidâyah wa al-Irsyâd fî Ma’rifati Ahli Thiqat wa al-Sadâd, op. cit., vol. 1, cet. 1, hlm. 302-303.
[16] Abu al-Fadl Aḥmad bin Alî bin Muḥammad bin Aḥmad bin Ḥajar al-Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, op. cit., vol. 9, hlm. 532-533.
[17] Ibid., hlm. 533.
[18] Yûsuf bin Abdurraḥmân bin Yûsuf, Abû al-Ḥajjâj, Jamaluddîn ibnu Zakî Abî Muḥammad al-Qaḍâ’i al-Kullî al-Mazî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ al-Rijâl, op. cit., vol. 24, hlm. 396.
[19] Ibid., hlm. 397.
[20] Ibid., hlm. 398.
[21] Ibid., vol. 22, hlm. 87-88.
[22] Ibid., hlm. 88.
[23] Ibid., hlm. 89.
[24] Keterangan:
3,75 - 4,0               = Shahih
3,50 - 3,74             = Hasan-Shahih
3,25 - 3,49             = Hasan-Shahih
3,00 - 3,24             = Hasan
2,50 - 2,99             = Hasan-Dha’if
2,00 - 2,49             = Dha’if
<1,99                      = Mawdlu’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar